Entah dari mana datangnya pertanyaan-pertanyaan itu membuat kepala saya acapkali gaduh.
“Apa yang akan kamu lakukan?”
“Bagaimana kalau tidak berhasil?”
“Kamu yakin dengan hal ini?”
Wah, membuat saya ragu dengan diri sendiri, buncah, tidak percaya diri. Ingin menghilang rasanya.
Bagaimanapun kita tidak bisa mengelak dari fase kebingungan dan hilang arah. Malah semakin mencoba untuk mengelak semakin pula saya merasa gagal walau belum mencoba.
Saya tersadar yang dapat saya lakukan adalah belajar menerima, bukan hal yang mudah untuk beradaptasi dari sebuah kebingunan dan hilang arah.
Sebagai contoh
Saya sudah berusaha dan belajar sampai titik darah terakhir untuk masuk ke Universitas favorit saya. Cemas rasanya, “bagaimana jika saya tidak lulus, bagaimana jika semua usaha saya menjadi sia-sia” Akhirnya, saya tidak lulus.
Setelah saya telaah, ternyata belajar sampai titik darah terakhir bagi saya belum tentu semaksimal itu bagi orang lain, belajar sampai titik darah terakhir pula dapat terkalahkan dengan orang-orang yang curang. Lalu apakah itu dapat saya kendalikan?
Ada banyak hal yang perlu kita terima dan ikhlaskan bukan berarti karena kita tidak berusaha, tapi karena itu di luar kendali kita.
Akhirnya saya masuk ke Universitas pilihan kedua. Wah, banyak yang saya dapat, mulai dari jarak yang tidak terlalu jauh jadi saya dapat meminimalisir ongkos, teman-teman satu kultur jadi saya dapat dengan mudah berbaur, saya juga jadi tidak jauh dari keluarga mengetahui bahwa saya akan merindukan mereka setiap harinya.
Dari pengalaman itu saya dapat paham sesuatu yang kita usahakan belum tentu akan kita capai karena dunia tidak bekerja seperti itu. Sesuatu yang tidak dapat menjadi milik kita mempunyai arti lain.
Menanyakan sesuatu yang belum terjadi membuat kita semakin dekat dengan kekecewaan. Menyesali sesuatu yang terjadi membuat kita semakin dekat dengan kegagalan.
Saya mendapat banyak keresahan dan kekecewaan dalam menjalani sesuatu yang saya inginkan. Dari pengalaman itu pula saya belajar bahwa segala sesuatu yang kita jalani harus diiringi dengan rasa ikhlas.
Selalu ada tujuan dari sebuah perjalanan, entah kita yang mencari ataupun tujuan itu yang menghampiri.
Sungai selalu tau ke mana ia ‘kan bermuara.
— M